BAB II
A. Deskripsi Teori
1.
Hakikat Minat
Minat
adalah suatu rasa ingin melakukan kegiatan yang positif, menurut Sumadi
Suryobroto (2006: 70), “minat adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai
tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Hurlock (2004: 114), minat merupakan sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan
jika mereka bebas memilih.
Pendapat
lain menyatakan bahwa minat adalah kecenderungan tingkah laku umum seseorang
untuk tertarik kepada sekelompok hal tertentu (Munandir, 2000: 46). Sedangkan
menurut Sudibyo Setyobroto (2002: 22), “minat adalah sumber penggerak dan
penolong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan
tertentu”. Jadi minat timbul bila individu tersebut tertarik terhadap sesuatu
yang dirasakan menarik bagi individu tersebut, bermakna dan dibutuhkan bagi
individu. Senada dengan Elizabeth (2004: 114), “minat adalah sumber motivasi
yang mendorong untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan jika mereka bebas
memilih”. Minat tidak hanya diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan
bahwa anak didik lebih menyukai sesuatu dari pada yang lainnya, tetapi juga
dapat diimplementasikan melalui partisipasi aktif dalam suatu kegiatan. Anak
didik yang berminat pada ekstrakurikuler futsal cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar pada olahraga yang diminati itu dan sama sekali
tidak menghiraukan sesuatu yang lain.
Menurut
Slameto (2010: 182), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di
luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar rasa
minat itu.
Minat
sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pemusatan
perhatian menurut di atas merupakan tanda seseorang yang mempunyai minat
terhadap sesuatu yang terlahir atau muncul tidak sengaja menyertai sesuatu
individu tersebut (Agus Sujanto, 2004: 92).
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa timbulnya minat
adalah rasa senang atau ketertarikan terhadap sesuatu yang dianggap menarik
pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Jadi boleh dikatakan
orang yang berminat terhadap sesuatu maka seseorang tersebut akan merasa senang
atau tertarik terhadap suatu objek yang diminati tersebut. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu yang
berada di luar dirinya. Hasil suatu pembelajaran akan menjadi lebih optimal
bila ada minat dari siswa, makin besar minat yang dimiliki oleh siswa makin
berhasil pula pembelajaran itu.
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor
yang mempengaruhi minat menurut Crow dan Crow (1998: 159-160) adalah :
1) Faktor dari
dalam
Faktor ini merupakan faktor yang
mendorong pemusatan perhatian dan keterlibatan mental. Misalnya dorongan dari
dalam yang menimbulkan kegiatan untuk mencari makanan dan sebagainya.
2) Faktor motif
sosial
Faktor ini merupakan faktor sosial yang
membangkitkan minat pada hal-hal tertentu yang ada hubungannya dengan penemuan
kebutuhan sosial bagi dirinya. Misalnya dorongan untuk menghargai akan
menimbulkan minat terhadap pendidikan yang tinggi.
3) Faktor
emosional
Faktor ini merupakan faktor perasaan
yang erat kaitannya dengan minat seseorang terhadap suatu obyek. Adanya
aktifitas yang memberikan keberhasilan dan kesuksesan akan menimbulkan perasaan
dan puas. Sebaliknya kegagalan seseorang dapat menurunkan minatnya pada bidang
yang bersangkutan.
Menurut
Dimyati Mahmud (1989: 23) Faktor-fakor yang mempengaruhi minat sejak kecil sampai
tua adalah keadaan jasmani, status mental dan perasaan, dan lingkungan sosial.
Menurut Abu Ahmad & Widodo Supriyono (2004: 78) faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat di golongkan ke dalam
dua golongan yaitu faktor intern
meliputi: faktor fisiologi dan faktor psikologi kemudian faktor ekstern meliputi: faktor-faktor
non-sosial dan faktor-faktor sosial.
Menurut
Siti Rahayu Haditono dalam Dwi Hari Subekti (2007: 8) minat dipengaruhi oleh
dua faktor :
a. Faktor
dari dalam (intrinsik) yaitu berarti bahwa sesuatu perbuatan memang di inginkan
karena seseorang senang melakukannya. Disini minat datang dari dalam diri orang
itu sendiri. Orang senang melakukan perbuatan itu demi perbuatan itu sendiri.
Seperti : rasa senang, mempuyai perhatian lebih, semangat, motivasi, emosi.
b. Faktor
dari luar (ekstrinsik) bahwa suatu perbuatan dilakukan atas
dorongan/pelaksanaan dari luar. Orang melakukan perbuatan itu karena ia
didorong/dipaksa dari luar. Seperti: lingkungan, orang tua, guru.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang dapat
mempengaruhi minat siswa yaitu dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa
itu sendiri (internal) yang meliputi perhatian, perasaan senang, dan aktivitas,
kemudian faktor dari luar (eksternal) yang meliputi peranan guru, lingkungan,
keluarga dan fasilitas. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti faktor
yang mempengaruhi minat siswa SMP Negeri 2 Karanganyar terhadap kegiatan
ekstrakurikuler futsal berdasarkan faktor dari dalam dan faktor dari luar.
Dalam
hal ini faktor yang menjadi indikator minat siswa terhadap kegiatan
ekstrakurikuler futsal yaitu :
a. Faktor
dari dalam
1) Perhatian
Perhatian
menurut Sumadi Suryabrata (2006: 14) yang berdasar pada pendapat ahli psikologi
dapat didefinisikan dalam dua arti, yaitu “Perhatian adalah pemusatan tenaga
psikis tertuju kepada suatu objek dan perhatian adalah banyak sedikitnya
kesadaran yang menyertai sesuatu aktifitas yang dilakukan”. Kemudian Bimo
Walgito (2000: 56) “perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh
aktifitas yang ditunjukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek”. Contoh:
perhatian saya lebih tertuju pada olahraga futsal dibandingkan dengan olahraga
lain.
2) Perasaan
senang
Rasa
senang siswa terhadap suatu pembelajaran juga mempengaruhi minat siswa. Jika
siswa tidak suka dalam pembelajaran maka minat untuk mengikuti pembelajaran
rendah dibandingkan dengan siswa yang senang terhadap suatu pembelajaran
tersebut. Perasaan senang diidentifikasikan sebagai gejala psikis yang bersifat
subyektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal dan dialami
dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf (Sumadi Suryobroto
2006: 66).
3) Aktifitas
Aktifitas
yang sedang berjalan pada individu dapat mempengaruhi perhatiannya pada
akhirnya dapat mempengaruhi minat akan aktifitas tersebut. “Suatu hal atau
benda pada suatu waktu tidak menarik perhatian seseorang, tetapi pada waktu
yang lain justru sebaliknya, oleh karena pada waktu itu aktifitas jiwanya
sedang berhubungan dengan benda tersebut”. (Bimo Walgito, 2000: 76).
b. Faktor
dari Luar
1) Peran
Guru/Pelatih
Peranan
guru/pelatih dalam pembelajaran pendidikan jasmani seperti metode mengajar guru/pelatih,
hubungan antara siswa dan kecakapan dalam mengajar seorang guru/pelatih
berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Pelatih merupakan tokoh
panutan, guru, pembimbing, pendidik, pemimpin, bahkan tak jarang menjadi tokoh
model bagi atletnya (Monty P. 2000: 31). Menurut Sukadiyanto (2002: 4) Pelatih
adalah seseorang yang memiliki kemampuan profesional untuk membantu
mengungkapkan potensi olahragawan menjadi kemampuan yang nyata secara optimal
dalam waktu yang relatif singkat.
2) Fasilitas
Ketersedian
dan tidak ketersediaan fasilitas atau sarana prasarana pendidikan jasmani akan
mempengaruhi minat siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Fasilitas
olahraga menurut Soepartono (2000: 6) semua prasarana olahraga yang meliputi
lapangan dan bangunan serta perlengkapannya untuk melaksanakan program kegiatan
olahraga. Fasilitas sendiri adalah sesuatu alat yang dapat mempermudah atau
membantu kita untuk melakukan suatu pekerjaan
yang kita miliki. Menurut Agus S Suryobroto (2004: 4) fasilitas adalah
segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, bersifat
permanen atau tidak dapat dipindah-pindahkan,
3) Lingkungan
Menurut
M. Ngalim Purwanto, (2004: 8) lingkungan ialah meliputi semua kondisi-kondisi
dalam dunia yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku,
pertumbuhan dan perkembangan.
3. Hakikat Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran baik dilaksanakan di
sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan
memperluas wawasan pengetahuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang
studi.
Menurut
Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 22) mengemukakan bahwa :
“ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah
maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas
wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang
studi”.
(Depdiknas, 2004: 1) dalam Tri Ani Hastuti
(2008: 63) ekstrakurikuler merupakan program sekolah, berupa kegiatan siswa
yang bertujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, optimlisasi
pelajaran yang terkait, menyalurkan bakat dan minat, kemampuan dan keterampilan
serta untuk lebih memantapkan kepribadian siswa.
Ekstrakurikuler
adalah kegiatan pendidikan di luar jam mata pelajaran dan pelayanan konseling
untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh
pendidik dan tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah/madrasah
(Depdikbud: 2002).
Kegiatan
ekstrakurikuler dapat dilaksanakan baik secara perseorangan maupun kelompok.
Kegiatan perseorangan dimaksudkan untuk meningkatka pengetahuan, penyaluran
bakat serta minat siswa. Sedangkan kegiatan kelompok yang dimaksudkan untuk
pembinaan bermasyarakat.
Berdasarkan
beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah
yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan bakat siswa dalam bidang
tertentu. Selain itu juga akan membantu siswa untuk lebih memahami mengenai
suatu hal yang tidak dapat dimengerti pada saat jam sekolah.
4.
Hakikat Ekstrakurikuler Futsal di SMP Negeri 2 Karanganyar
SMP
Negeri 2 Karanganyar atau yang disebut dengan SPENDAKA adalah Sekolah Menengah
Pertama yang berada di utara alun-alun karanganyar. Di SMP Negeri 2 Karanganyar
memiliki sederet kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan ini bertujuan sebagai wadah
penyaluran hobi, minat dan bakat para siswa secara positif yang dapat mengasah
kemampuan, daya kreativitas, jiwa sportivitas dan meningkatkan rasa percaya
diri.
Salah
satu kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 2 Karanganyar yaitu ekstrakurikuler
futsal. Kegiatan ini sudah berlangsung kurang lebih selama 4 tahun dan
merupakan satu-satunya kegiatan ekstrakurikuler futsal yang berada di
Karanganyar.
Kegiatan
ekstrakurikuler futsal dilaksanakan dua kali dalam seminggu yaitu pada hari
Kamis dan Sabtu pada pukul 15.00 – 16.30 WIB. Jumlah siswa yang mengikuti
kegiatan ini pada tahun ajaran 2013/2014 berjumalah 30 siswa putra dan 15 siswa
putri yang di ikuti oleh siswa kelas VII dan VIII.
5.
Hakikat Futsal
Futsal
merupakan salah satu cabang olahraga yang paling digemari di kalangan
masyarakat saat ini. Futsal adalah permainan sejenis sepakbola yang dimainkan
dalam lapangan yang lebih kecil dan permainan ini dimainkan oleh 10 pemain
(masing-masing tim terdiri dari 5 orang termasuk penjaga gawang).
Menurut
Lukman Yudianto (2009: 56), kata futsal sendiri berarti sepakbola dalam
ruangan. Kata futsal berasal dari kata “Fut” yang diambil dari kata futbol atau
futebol, yang dalam bahasa Spanyol dan Portugal berarti sepakbola, sedangkan
kata “Sal” yang diambil dari kata sala atau salao yang berarti di dalam
ruangan. Kata ini diperkenalkan oleh FIFA ketika mengambil alih futsal pada
tahun 1989. Sebelumnya, ada beberapa nama yang sering dipakai untuk olahraga
ini antara lain five-a-side-game, mini soccer, atau indoor soccer.
Menurut Dendy Sugono
(2008: 401) “futsal adalah olahraga permainan sepakbola,
dengan lapangan dan gawang lebih kecil, biasanya dimainkan di dalam ruangan
besar, masing-masing tim terdiri atas lima orang”. Menurut Justinus Lhaksana (2008: 7), futsal adalah permainan yang sangat cepat dan dinamis. Futsal adalah olahraga beregu,
kolektivitas tinggi akan mengangkat prestasi.
Menurut
Javier Lozano dalam Justinus Lhaksana (2008: 57), futsal bukan hanya suatu
permainan bagi pemain yang merasa lebih nyaman di lapangan sempit. Namun, yang
berkembang dalam futsal adalah kecepatan dan kualitas untuk membuat suatu
keputusan. Futsal adalah permainan yang
hampir sama dengan sepakbola dimana dua tim memainkan dan memperebutkan
bola di antara para pemain dengan tujuan dapat memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawang dari
kemasukan bola. Pemenang adalah tim (regu) yang memasukkan bola ke gawang lawan
lebih banyak dari kemasukan bola di gawang sendiri. Menurut Justin Lhaksana (2008: l9) “menyatakan sebelum berkembang menjadi cabang olahraga yang
kedudukannya sejajar dengan sepakbola
rumput, futsal ditekuni sebagai sarana pengarahan dan
pembentukan para pemain muda yang ingin berkarir dalam bidang futsal”.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan futsal adalah
permainan sepakbola indoor yang dimainkan lima
orang dan membutuhkan tingkat kompetensi teknik yang tinggi karena
dimainkan dengan waktu yang cepat.
6.
Sejarah Futsal
Asmar
Jaya (2008: 1-2), meyatakan bahwa futsal diciptakan di Montevideo, Uruguay pada
tahun 1930, oleh Juan Carlos Ceriani saat Piala Dunia digelar di Uruguay. Olahraga
baru itu dinamai futebol de salao (bahasa
Portugis) atau futbol sala (bahasa Spanyol) yang maknanya sama, yakni
sepakbola ruangan. Dari kedua bahsa itu munculah
singkatan yang lebih mendunia, futsal.
Permainan
ini sekarang dimainkan dibawah perlindungan Federation
Internationale de Football Association (FIFA) di seluruh dunia.
Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965, Paraguay menjuarai
Piala Amerika Selatan pertama.
Kejuaraan
Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya
bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982,
berakhir dengan Brasil di posisi pertama.
7.
Prinsip Dasar Permainan Futsal
Asmar Jaya (2008: 59-61), menyatakan bahwa
ada dua prinsip dasar dalam permainan
futsal :
a.
Attack (Penyerangan)
Kontrol bola
adalah kunci sukses dalam suatu penyerangan. Umpan-umpan bola serta kerjasama
antar pemain dalam setiap tim merupakan element yang sangat penting dalam
penyerangan. Pergerakan tanpa bola juga merupakan element penting lainnya.
Cobalah untuk memberikan umpan bola ke teman se-tim kita lebih dari satu
cara/model sehingga umpan-umpan bola bisa lebih bervariasi, ada banyak cara
model penyerangan dalam futsal. janganlah bermain terlalu kaku, gunakan
imajinasi, spontanitas, skill, dan
kreativitas. Pola penyerangan yang umum dipakai yakni 2-2 (kotak), 3-1 atau 4-0
(5 orang pemain).
b.
Defence (Pertahanan)
Objektivitas sebuah pertahanan dalam
futsal adalah mencegah lawan dalam upaya menjebol gawang kita, di samping itu
juga berusaha untuk merebut bola dari lawan. Dua hal tersebut saling
berhubungan dan sangat erat kaitannya. Sebagian besar pemain Futsal banyak
melakukan tendangan ke arah gaawang di daerah “D Zone”, maka dari itu daerah
daerah “D Zone” harus dijaga dengan ketat. Area ditengah harus menjadi
perhatian penuh dibanding area dari samping, karena proses gol banyak tercipta
dari area tengah. Ada 2 pola sistem pertahanan, yakni 2-2 (bentuk kotak) dan
1-2-1. Penjaga gawang menjadi baris terakhir dalam menjaga pertahanan dan harus
lebih agresif dalam menghalau bola dari serangan-serangan lawan.
8.
Teknik Dasar Permainan Futsal
Asmar Jaya (2008: 62-64),
menyatakan bahwa ada tujuh teknik dasar dalam permainan futsal :
a.
Menendang
(kicking), merupakan salah satu
karakteristik permainan futsal yang paling dominan. Pemain yang memiliki teknik
menendang dengan baik akan dapat bermain secara effisien. Tujuan menendang bola
adalah untuk mengoper (passing), menembak
ke gawang (shooting), dan menyapu untuk menggagalkan lawan (sweeping).
b.
Menerima/menghentikan
bola, adalah untuk mengontrol bola yang termasuk di dalamnya untuk mengatur
tempo permainan, mengalihkan laju permainan dan mempermudah untuk passing.
c.
Menggiring
bola (dribbling), adalah menendang
bola terputus-putus atau pelan-pelan. Menggiring bola bertujuan untuk mendekati
jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan. kaki yang digunakan
dalam menggiring bola sama dengan kaki yang digunakan untuk menendang bola.
d.
Menyundul
bola (heading), adalah untuk
mengoper, mencetak gol dan mematahkan serangan lawan/membuang bola. Pemain
harus belajar menyundul bola menggunakan dahi bukan ubun-ubun kepala. Menyundul
bola bisa dilakukan sambil berdiri dan meloncat/melompat.
e.
Lemparan
ke dalam (throw in), ketika bola
melewati garis lapangan, pemain akan melakukan lemparan ke dalam. Lemparan ke
dalam pada permainan futsal berbeda dengan lemparan dalam pada permainan
sepakbola.
f.
Merampas
bola (tackling), merupakan upaya
untuk merbut bola dari penguasaan lawan. Merampas bola dapat dilakukan dengan
sambil berdiri (standing tackling)
dan sambil meluncur (sliding tackle).
g.
Penjaga
gawang (goal keeper), merupakan
pertahanan yang paling akhir dalam permainan futsal. Menjadi kiper butuh
ketangguhan fisik dan mental. Satu hal yang harus diperhatikan juga adalah
kiper harus berkomunikasi dengan rekan pemain lain. dia harus membantu rekannya
untuk menyuruh mereka mengawal lawan atau berjaga-jaga disekitar gawang ketika
timnya diserang.
John
Tenang (2008: 18), menyatakan ada enam indikator yang membantu pemain
mengembangkan kemampuan teknik dan taktik bermain bola dengan baik :
a.
Intelegensi
Sepakbola adalah
suatu permainan yang kompleks. Jika kita menganalisis setiap pertandingan dari
keseluruhan yang terekam dalam sejarahnya, kita tidak akan menemukan situasi
yang identik dengan futsal. Futsal merupakan sesuatu yang mengalir begitu saja
tanpa ada persiapan khusus. Artinya seorang pemain harus melakukan improvisasi
untuk menghadapi situasi yang bakal berubah dalam pertandingan. Futsal
merupakan medium ideal untuk mengembangkan intelegensi sepakbola, maksudnya
dengan ruang gerak yang terbatas maka pemain harus dituntut memiliki kecepatan
berpikir dalam menganalisis situasi yang ada.
b.
Keahlian
Teknik
Futsal lebih
menekankan pada kemampuan (skill)
dibandingkan dengan unsur fisik, dalam hal ini unsur fisik yang dimaksud
seperti body charge dan kontak fisik
seperti dalam sepakbola. Bola yang lebih kecil dan ringan menjadi instrumen
yang bagus dalam membantu pengembangan teknik individu. Pemain bisa lebih
matang dalam melakukan penguasaan bola dibandingkan dengan sepakbola
konvensional. Itu memudahkan pemain untuk meningkatkan kecepatan dan kelincahan
kedua kaki saat melakukan gerakan dengan atau tanpa bola (foot work) secara matang. Penguasaan bola saat menerima dan
mengoper serta perubahan gerakan tubuh akan sangat berguna saat bermain bola di
luar ruangan.
c.
Total
Soccer
Jumlah pemain
yang sedikit dalam sebuah tim futsal menjadi sangat krusial bagi seluruh pemain
dalam bertahan dan menyerang. Pembagian posisi yang dilakukan dalam futsal
dapat berubah-ubah dan tetap memiliki kecenderungan antara pemain bertipe menyerang
dan yang bertipe bertahan, tapi seluruh pemain harus saling membantu dan harus
memiliki mental serta karakter bertahan dan menyerang. Ini membantu pemain
untuk menyesuaikan dengan segala posisi sesuai tuntutan sepakbola modern dan
mengatasi berbagai masalah taktik dan strategi permainan. Pemain sadar, mereka
tidak boleh santai, tapi harus aktif karena permainan futsal butuh peran aktif
dari seluruh pemain.
d.
Permainan
Cepat
Sepakbola modern
memiliki ciri khas yang spesifik lewat permainan cepat. Dalam futsal, karena
ruang gerak yang sempit, bola akan bergulir dengan cepat diantara kaki pemain.
Pergerakan bola yang cepat akan membantu pemain untuk mengembangkan permainan
cepat secara individu dan tim. Dengan pengembangan permainan cepat tersebut
pemain dapat memutuskan teknik dan taktik permainan secara cepat. Dan tentu
akan sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam permainan di luar ruangan.
e.
Hiburan
Futsal adalah
permainan cepat dan exciting, ketika
pemain terus bergerak ketimbang menunggu datangnya bola. Dengan kondisi
lapangan yang kecil, maka sering terjadi gol dalam jumlah banyak yang dicetak
atau dihasilkan oleh pemain yang berbeda.
f.
Kemampuan
Kiper
Kiper harus
berperan aktif dan tidak hanya terpaku di bawah mistar gawang. Kiper perlu
belajar memainkan bola, menjaga gawang dan memerhatikan dengan seksama arah
bola dari pojok.
9.
Karakteristik Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Dilihat
dari tahapan perkembangan yang disetujui oleh banyak ahli, anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) berada pada tahap perkembangan pubertas (10-14 tahun).
Menurut Desmita (2010: 36) ada beberapa karakteristik siswa usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) antara lain :
a.
Terjadinya
ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b.
Mulai
timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c.
Kecenderungan
ambivalensi, serta keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta
keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari
orang tua.
d.
Senang
membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang
terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e.
Mulai
mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
f.
Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g.
Mulai
mengembangkan standard dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai
dengan dunia sosial.
h.
Keccenderungan
minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
Menurut
Hendrianti Agustiani (2006: 28-29) ciri-ciri umum masa remaja adalah sebagai
berikut :
a.
Masa
remaja awal (12-15 tahun)
Pada masa ini individu mulai
meninggalkan peran sebagai anak-anak dan berusaha mengembangkan diri sebagai
individu yang unik dan tidak tergantung pada orang tua.
b.
Masa
remaja pertengahan (15-18 tahun)
Masa ini ditandai dengan berkembangnya
kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting,
namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri.
c.
Masa
remaja akhir (19-22 tahun)
Masa ini ditandai oleh persiapan akhir
untuk memasuki peran orang dewasa. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan
diterima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa.
Siswa
sekolah menengah pertama memiliki usia yang merupakan masa peralihan dari usia
anak-anak ke usia remaja. Perilaku yang disebabkan oleh masa peralihan ini
menimbulkan berbagai keadaan dimana siswa labil dalam pengendalian emosi.
Keingintahuan pada hal-hal baru yang belum pernah ditemui sebelumnya
mengakibatkan muncul perilaku-perilaku yang mulai memunculkan karakter diri.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian
yang dilakukan oleh Afrian Yudhi Kristianto (2011) berjudul “Minat Siswa Kelas
IV dan V SD Negeri di Desa Gumiwang Kecamatan Purwanegara Kabupaten
Banjarnegara Terhadap Ekstrakurikuler Sepakbola”. Penelitian tersebut menggunakan
sampel sebanyak 108 siswa sebagai responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa
1 siswa (0,93%) siswa mempunyai minat kurang sekali, 4 siswa (3,70%) siswa
mempunyai minat kurang, 8 siswa (7,41%) siswa mempunyai minat rendah sekali, 27
siswa (25,00%) siswa mempunyai minat rendah, 34 siswa (31,48%) siswa mempunyai
minat sedang, 18 siswa (16,67%) siswa mempunyai minat cukup, 15 siswa (13,89%)
siswa mempunyai minat tinggi, dan 1 siswa (0,93%) siswa mempunyai minat sangat
tinggi.
2. Penelitian
yang dilakukan oleh Akbar Ridmasuda M (2012) berjudul “Minat Mahasiswa Prodi Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Angkatan Tahun 2010 Terhadap Olahraga
Futsal”. Penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 87 mahasiswa sebagai
responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa 0 mahasiswa (0%) mempunyai minat
sangat rendah, 5 mahasiswa (5,7%) mempunyai minat rendah, 29 mahasiswa (33,3%)
mempunyai minat sedang, 44 mahasiswa (50,6%) mempunyai minat tinggi, dan 9
mahasiswa (10,3%) mempunyai minat sangat tinggi.
C. Kerangka Berpikir
Sekolah
Menengah Pertama merupakan salah satu ruang lingkup pendidikan yang di dalamnya
terdapat bibit-bibit olahragawan yang memiliki potensi besar untuk dibina.
Langkah awal yang dapat dilakukan sekolah adalah mengadakan kegiatan
ekstrakurikuler futsal, karena kegiatan tersebut merupakan wadah untuk
mengembangkan bakat dan kegemaran dalam cabang olahraga khususnya futsal.
Ekstrakurikuler
merupakan kegiatan positif yang dapat mengembangkan prestasi dan kesegaran
jasmani bagi siswa. Pada prinsipnya kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengakrabkan hubungan personal siswa sekaligus mengembangkan minat dan bakat
siswa.
Minat
pada dasarnya merupakan kekuatan pendorong yang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menghayati suatu objek, hubungannya dengan minat siswa SMP Negeri
2 Karanganyar dalam memilih kegiatan ekstrakurikuler futsal adalah siswa
mempunyai minat.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi siswa untuk mengikuti ekstrakurikuler futsal dapat timbul
dari dalam diri siswa itu sendiri (faktor intern)
bahkan dapat juga dipengaruhi dari luar (faktor ekstern).
No comments:
Post a Comment